Apakah Pekerja Berat Boleh Tidak Berpuasa Ramadhan? Begini Penjelasan Ulama

- Minggu, 2 April 2023 | 10:35 WIB
Begini penjelasan ulama tentang hukum berpuasa bagi pekerja berat (Freepik/visoot2222)
Begini penjelasan ulama tentang hukum berpuasa bagi pekerja berat (Freepik/visoot2222)

AYOTASIK.COM - Puasa Ramadhan merupakan salah satu ibadah yang cukup berat. Sebab, seorang muslim yang berpuasa harus bisa menahan haus dan lapar dari sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Dengan berpuasa Ramadhan tentu saja akan berpengaruh terhadap aktivitas seseorang, terutama yang membutuhkan tenaga cukup besar.

Namun di sisi lain, puasa Ramadhan adalah kewajiban yang harus ditunaikan seorang muslim, sebab termasuk satu dari 5 rukun Islam.

Baca Juga: Apakah Mencicipi Makanan Membatalkan Puasa? Begini Penjelasan para Ulama

Lantas bagaimana dengan para pekerja berat yang ang harus mencurahkan tenaga fisik semaksimal mungkin?

Mengingat mencari nafkah untuk keluarga juga wajib. Terlebih bila hasil nafkah tersebut demi menyambung hidup, memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Apakah boleh para pekerja berat tidak berpuasa di bulan Ramadhan?

Menukil laman MUI, terkait hal ini, Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam karyanya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu mengutip pendapat Abu Bakar al-Ajiry menjelaskan status hukum puasa bagi pekerja berat.

Baca Juga: Tertelan Air Ketika Wudhu Bikin Batal Puasa? Ini Hukumnya Menurut Buya Yahya

قَالَ أَبُو بَكْرٍ الآجِرِي: مَنْ صَنَعَتْهُ شَـاقَـةٌ : فَـإِنْ خَافَ بِالصَّوْمِ تَلَفاً ، أَفطَرَ وَقَضَى إِنْ ضَرَّهُ تَرْكُ الصَنْعَةِ ، فَإِنْ لَمْ يَضُرُّهُ تَرْكُهَـا ، أَثِمَ بِالفِطْرِ ، وَإِنْ لَمْ يَنْتَفِ التَّضَرُّرُ بِتَرْكِهَا ، فَلاَإِثْمَ عَلَيْهِ بِـالفِطْرِ لِلْعُـذْرِ . وَقَرَّرَ جُمْهُورُ الفُقَهَاءِ أَنَّهُ يَجِبُ عَلَى صَاحِبِ العَمَلِ الشَّاقِّ كَالحَصَّادِ والخَبَّازِ وَالحَدَّادِ وعُمَّالِ المنَاجِمِ أَنْ يَتَسَحَّرَ وَيَنْوِيَ الصَّوْمَ ، فَإِنْ حَصَلَ لَهُ عَطَشٌ شَدِيْدٌ أَوْ جُوْعٌ شَدِيْدٌ يَخَافُ مِنْـهُ الضَّرَرُ ، جَازَ لَهُ الفِطْرُ ، وَعَلَيْهِ القَضَـاءُ ، فَـإِنْ تَحَقَّقَ الضَّرَرُ وَجَبَ الفِطْرُ

“Abu Bakar al-Ajiri berpendapat seorang pekerja berat bila dia amat khawatir akan keselamatan nyawanya, boleh berbuka, akan tetapi tetap menggantinya dengan catatan pekerjaan tersebut memang benar-benar tidak bisa ditinggalkan (bila ditinggalkan akan berakibat fatal, mudharat).

Apabila pekerjaan tersebut masih bisa saja ditinggalkan dan tidak berdampak fatal, maka dosa jika membatalkan puasa. Apabila setelah meninggalkan pekerjaan tersebut dampak buruknya masih terasa, maka ia boleh membatalkan puasanya karena uzur.

Kebanyakan ahli fikih menetapkan kewajiban sahur dan berniat puasa di malam hari bagi para petani, pandai besi, pembuat roti, pekerja tambang, dan para pekerja berat lainnya. Jika memang di tengah pekerjaan dia merasakan sangat haus dan lapar, kemudian dia khawatir hal ini berdampak buruk bagi dirinya, boleh baginya membatalkan puasa kemudian nanti mengganti puasanya di lain hari. Bahkan, jika dampak buruk ini benar-benar sangat terasa dan memprihatinkan, wajib baginya membatalkan puasa.” (Al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu, juz 2, hlm 648).

Baca Juga: BI Tasikmalaya Siapkan Rp. 2,4 Triliun Layani Penukaran Uang Jelang Idulfitri

Halaman:

Editor: Arman

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bank BTN Raih Penghargaan Best Bank 2023

Selasa, 30 Mei 2023 | 19:21 WIB

Persiapan Fasilitas Arafah-Mina Terus Dipantau

Sabtu, 27 Mei 2023 | 11:49 WIB

Tips Aman Belanja Online yang Murah

Senin, 22 Mei 2023 | 17:02 WIB

PPIH Cek Kesiapan Maktab Layani Jemaah di Makkah

Minggu, 21 Mei 2023 | 17:02 WIB

PPIH Minta Juru Masak Jaga Cita Rasa Indonesia

Sabtu, 20 Mei 2023 | 10:44 WIB

Layanan BTN Syariah Dinilai Memuaskan

Kamis, 18 Mei 2023 | 20:38 WIB
X