Mitos Siluman Ular Nyai Odah dan Aki Boh’ang, Minta Tumbal Pengantin Untuk Pembangunan Jembatan Cirahong

- Sabtu, 17 September 2022 | 15:50 WIB
Jembatan Cirahong. (Ayotasik.com/Irpan Wahab)
Jembatan Cirahong. (Ayotasik.com/Irpan Wahab)

Manonjaya, AYOTASIK.COM -  Jembatan Cirahong dibangun tahun 1893 oleh perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staatspoorwegen. Jembatan Cirahong merupakan bagian dari pembangunan rel kereta api jalur selatan di Pulau Jawa oleh pemerintah kolonial Belanda.

Jembatan Cirahong berdiri di aliran sungai Citanduy dengan panjang 202 Meter dengan ketinggian sekitar 66 Meter. Dalam pembangunannya, Jembatan Cirahong dibalut dengan kisah mistis dan mitos.

Dilangsir dari dbmtr.jabarpro, Jembatan Cirahong menyimpan kisah mistis sejak awal pembangunannya. Saat pembangunan mulai dilaksanakan, banyak terjadi gangguan yang tak bisa diterima oleh nalar. Sungai Citanduy tiba-tiba diterjang banjir tanpa sebab. Kondisi ini menyulitkan proses pemasangan pondasi jembatan.

Menemui kejadian janggal tesebut, perwakilan perusahaan Kereta Api Hindia Belaanda, Staatspoorwegen kemudian mendatangi salah seorang sesepuh desa bernama Sukasna. Sukasna mengatakan, pembangunan jembatan tidak akan berjalan lancar lantaran terkendala hal-hal mistis.

Baca Juga: Peran Bupati Galuh Ciamis R.A.A. Kusumadiningrat Dalam Pembangunan Jembatan Cirahong

Pemerintah Hindia Belanda tak langsung percaya dan hanya menganggap omongan Sukasna sebagai kebohongan. Namun belakangan, kejadian-kejadian tak masuk akan kembali terjadi. Pihak  Belanda pun kembali menghubungi Sukasna untuk meminta bantuan.

Akhirnya, Sukasna mencoba berkomunikasi dengan sosok gaib penunggu Sungai Citanduy. Diketahui bahwa lokasi yang akan digunakan untuk membangun jembatan kereta api dihuni sepasang siluman ular yakni Nyai Odah dan Aki Boh’ang. Kedua siluman itu mengaku kediamannya terganggu oleh pembangunan jembatan yang dilakukan tanpa meminta izin mereka terlebih dahulu.

Setelah dimediasi dan dinegosiasi, siluman ular Nyai Odah dan Aki Boh’ang memberikan satu syarat jika pembangunan Jembatan Cirahong ingin berjalan lancar. Syaratnya, yakni dengan meminta tumbal sepasang pengantin perawan cantik dan perjaka tampan untuk diangkat sebagai anak mereka.

Kedua siluman ular itu menjanjikan akan menjaga Jembatan Cirahong hingga dapat tetap berdiri sampai ratusan tahun. Syarat itu kemudian disampaikan kepada pihak Belanda.

Baca Juga: Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Tasikmalaya Diperketat Demi Jaga Kualitas Udara

Setelah menyanggupi syarat itu, pihak Balanda pu mendapatkan kabar tentang adanya salah satu pekerja di Jembatan Cirahong yang akan melansungkan pernikahan. Rencana jahat disiapkan oleh pihak Belanda dengan mempersiapkan centeng atau preman.

Selesai melangsungkan akad nikah, pasangan pengantin baru itu dijemput para centeng dengan alasan diundang pemimpin proyek pembangunan jembatan yang hendak menyerahkan hadiah pernikahan.

Bukannya mendapatkan cendera mata, keduanya malah dibawa ke lokasi pengecoran pondasi jembatan di tengah sungai. Sesaji telah diletakkan di dasar pondasi sebagai media tumbal untuk sang siluman ular.

Pasangan pengantin yang sudah dalam keadaan erat terikat itu lalu dimasukkan ke dalam lubang pondasi. Suami istri itu lalu dicor hidup-hidup dengan campuran semen, batu, dan pasir sebagai tumbal pembangunan Jembatan Cirahong. Tak seorang pun pekerja mengetahui peristiwa mengenaskan tersebut. Mereka cuma menjalankan perintah untuk bekerja lembur mengecor jembatan selagi sungai sedang tidak banjir.

Halaman:

Editor: Irpan Wahab Muslim

Tags

Terkini

Jadwal Salat dan Imsakiyah Tasikmalaya

Jumat, 31 Maret 2023 | 02:00 WIB

Cara Menghitung Zakat profesi Beserta Manfaatnya

Kamis, 30 Maret 2023 | 13:25 WIB

Jadwal Salat dan Imsakiyah Tasikmalaya

Kamis, 30 Maret 2023 | 02:00 WIB
X